"Mereka mestinya menjadi objek edukasi, bukan dijadikan subjek untuk mengedukasi sesamanya, beda kalau pelajar jadi duta karena mereka pasti bisa jadi role model di kalangan pelajar," bebernya.
Olehnya itu, menjadikan waria sebagai duta HIV/Aids patut dipikirkan dampak sosialnya. Seakan akan penyimpangan sosial dan seksual dianggap hal wajar dan patut diberi ruang. Justru harusnya mereka diserahkan dan dikembalikan ke fitrahnya. "Sebaiknya niat itu dipikirkan ulang," tambahnya.
Sebelumnya, Ketua KPA Sinjai, Andi Kartini Ottong menyebut, pemilihan duta HIV/Aids dari komunitas waria penting. Sebab, yang akan mengedukasi dan memberikan sosialisasi agar bisa menanggulangi bahaya HIV/Aids dari kelompoknya sendiri yang paham.
"Yang bisa mendekati kelompoknya tentu dari kalangan kelompoknya itu sendiri," terang Andi Kartini yang dikonfirmasi via WhatsApp. Oleh karena itu, mengangkat menjadi duta dengan terlebih dahulu memberikan edukasi, maka mereka akan menyosialisasikan bahaya pergaulan bebas.
Termasuk menyebarkan bahaya lelaki suka sesama lelaki dan lainnya, karena berdasarkan data banyak muncul dari kelompok tersebut. "Sehingga ini penting untuk kita beri pemahaman menjadi duta, tentu untuk penanggulangan HIV/Aids," bebernya.
Dia pun mengajak semua pihak untuk bersama-sama memerangi penyakit ini. Mulai dari tokoh agama, tokoh masyarakat, dan elemen lainnya. Untuk pemilihan duta waria, Andi Kartini mengaku akan mengagendakan khusus. Pihaknya tidak akan melaksanakan bersama dengan pemilihan duta pelajar seperti rencana sebelumnya. "Harus (pemilihan duta waria), pelajar dulu nanti ada waktu khusus untuk waria," tambahnya. (sir)