Bahkan di bulan Juni hingga Agustus kemarin, kata Budi, Indonesia tidak mengalami peningkatan kasus meskipun negara-negara lainnya melaporkan kenaikan kasus yang siginifikan. Hal ini disebabkan strategi penanganan pandemi oleh pemerintah yang sangat baik. "Jadi selama enam bulan sejak awal tahun, itu ada siklus kenaikan gelombang karena ada varian baru, kita tidak," tambahnya.
Tingkat Inflasi Indonesia Aman
Pada kesempatan yang sama, Yustinus Prastowo selaku Staf Khusus Menteri Keuangan RI mengakui selama tiga tahun terkahir, Indonesia berjibaku dengan pandemi covid-19. Hal ini membuat anggaran cukup bengkak. Dimana tercatat hampir 1.895 triliun disiapkan baik untuk penanganan kesehatan maupun pemulihan ekonomi nasional.
"Kita bersyukur, sebab di balik wabah ada hikmah dan bahkan ada berkat. Indonesia saat ini dapat mempertahankan, bahkan dalam beberapa hal, dapat mengoptimalkan berbagai potensi. Kita termasuk negara dengan tingkat inflasi yang terjaga, relatif rendah di 5,95%," papar Yustinus.
Yustinus menambahkan, pendapatan Indonesia di tahun 2022 setelah 2 tahun berjuang untuk pulih, justru bisa tumbuh 49,8%. Sementara rasio utang yang seringkali menjadi catatan selama masa covid ini, Yustinus menjelaskan, Indonesia terpaksa menambah utang untuk menangani covid. Namun penetrasi rasio utang terhadap PDB yang sempat menyentuh 4,1%, perlahan diturunkan dan sekarang di angka 3,8%.
Adapun index manufaktur Indonesia, sudah di atas 50. Artinya sudah ekspansif. Hal ini menunjukkan geliat ekonomi Indonesia bagus. Sebab Indonesia sudah mulai melakukan impor bahan baku barang modal untuk memenuhi kebutuhan domestik dan juga ekspor.