"Mungkin beberapa orang berfikir kalau etnik itu kaku, tapi saya membuat model atau desain dengan kesan etnik ini lebih fesyenable atau konsep hang out dan juga bisa dipakai acara wedding. Satu look tetapi bisa lebih dari satu acara dipakainya," tutur pria yang juga Master Of Ceremony ini.
Sementara untuk bahannya, Azhe bekerjasama dengan penenun dari Jawa untuk distributornya yang tenun pakai mesin. Dimana mereka ini bertemu tanpa sengaja,
awalnya Azhe belanja dari aplikasi belanja orange, tetapi makin kesini ada yang ajak kerjasama.
Sehingga ia ambil peluangnya lalu kerjasama. Disini ia juga mulai mencari beberapa motif yang jarang ditemukan. Ia buatlah, namun tak hanya sekedar motif pilihannya tetapi ia juga memberikan kesemoatan kepada orang-orang jika ingin request motif dan model dijahitnya sesuai keinginan.
"Saat ini ada delapan model atau look yang sementara ditampilkan karena konsepnya agak easy, ada juga man swear, ready to wear dan ada yang sedikit sexy," tuturnya.
Kata Azhe, kedepan baru Coming soon untuk motif etnik Sulsel lain, apalagi ini masih baru jadi ia belajar dulu soal motof-motif. Ia ingin melihat marketnya tertarik model bagaimana, makanya ingin pelajari dulu keinginan pasar.
"Untuk warna sekarang fokus ke warna mamba arau hitam dan warna bumi atau soft, karena cowok-cowok senang ke warna-warna aman. Tetapi kesan dan look yang oke," tuturnya.
Sementara untuk penjualannya Azhe pesan sekarang menggenjot di penjualan online melalui Instagram, tiktok shop dan penjualan aplikasi online lain.