Tanah Beru sebagai sebuah Kakaraengang berlokasi Tanah Bale yang kemudian menjadi kecamatan Bontobahari. Pemerintahan di Tanah Beru berlangsung turun temurun mulai dari pemerintahan Karaeng Tabara Dg Mallino hingga ke masa pemerintahan Karaeng Sadjuang Dg Matasa. Meskipun Istana di Tanahberu dibakar dan menghanguskan banyak dokumen, namun ada sejumlah Pusaka Kakaraengan yang bisa diselamatkan,diantaranya 'Poke Pangka Tallu', sebuah 'Pusaka' dari turunan Kerajaan Gowa dan Bone. Penanda lain adalah Pohon Beringin yang ada di perlimaan menuju kantor Polisi adalah Penanda saat itu bagi yang berkuda untuk turun dari kudanya disaatelewati kediaman Karaeng Sajuang yang persisi berada di asrama Polisi.
Karaeng Sadjuang Dg Matasa dilahirkan pada tahun 1902. Beliau adalah putra dari Karaeng Tanaberu sebelumnya yaitu Karaeng Baso Dg Mallira dan Petta Hanisa putri dari Karaeng di Hero. Karaeng Sadjuang menikah dengan Patta Bacce Karaeng Bulang anak dari Karaeng Bira, dan melahirkan 9 (sembilan) orang anak yaitu Andi Banri Gau Patta Intang, Andi Banri Sanging Patta Gowa, Andi Banri Opu Patta Nyompa, Andi Banri Gowa Patta Bau, Andi Muslini Patta Nompo Karaeng Bonto, Andi Nurung Patta Gala, Andi Raja Boma Patta Boma, Andi Megawati Sdjuang Patta Mega, Andi Mansyur Karaeng Sadjuang.
Pengangkatan dan pelantikan Karaeng Sadjuang sebagai seorang Karaeng menggantikan ayahanda beliau Karaeng Baso Dg Mallira dilaksanakan tahun 1930, dimana saat itu beliau hanya didampingi oleh adiknya Andi Maninggau Patta Baji sebagai Karaeng Bahinea, karena Patta Bacce Karaeng Bulang baru saja habis melahirkan. Pelantikan Karaeng Sadjuang sebagai Karaeng dihadiri oleh sejumlah bangsawan dari kerajaan Gowa, Bone, Luwu, Sinjai, Takalar, Jeneponto dan Bantaeng (Gowa, Bone, Luwu, Wajo,Soppeng, Bantaeng,Tondong (Sinjai)). Sedangkan yang melantik pada tahun 1930 adalah Perwakilan Gubernur Sulawesi di onderafdeling Bulukumba.