Wujudkan Impian Ayah, Muhlis Madani Siap Jadi Profesor

  • Bagikan
Muhlis Madani

Pesan itulah, kata Muhlis, yang terus terngiang dalam benaknya selama menapak karir sebagai dosen. “Sejatinya, impian jadi professor adalah cita-cita semua dosen. Namun bagi saya, itu bukan sekadar cita-cita, melainkan Amanah Bapak saya,” pungkas Muhlis.

Sang Ayah bukan hanya mendorong anaknya menjadi dosen. Ia juga berharap agar Muhlis mengabdikan diri di kampus milik Muhammadiyah.

“Bapak saya pengurus Muhammadiyah. Ia sangat berharap, saya bisa turut membesarkan Muhammadiyah dengan menjadi dosen di Unismuh,” ungkap Muhlis.

Kebetulan saat itu, lanjutnya, Ayah Muhlis akrab dengan Kiai Nasruddin Razak, salah satu pengurus PWM Sulsel kala itu. Rekomendasi dari Kiai Nas itulah yang Muhlis setor ke Kopertis, hingga akhirnya ditempatkan di Unismuh Makassar sejak terangkat PNS tahun 1989, hingga saat ini.

“Sejak dulu hingga sekarang, saya hanya dikenal orang sebagai dosen Unismuh. Saya tidak pernah pindah home base ke tempat lain. Bagi saya, menjadi dosen di Unismuh, dari staf pengajar hingga Guru Besar, bukan sekadar bekerja mencari nafkah. Ini adalah amanah orang tua, yang bermimpi anaknya menjadi profesor sekaligus penggerak persyarikatan,” tegas Muhlis.

Menurutnya, ruh Muhammadiyah telah ditanamkan sang ayah pada dirinya sejak kecil. “Sejak sekolah, saya telah diikutkan dalam Latihan Tapak Suci. Semboyan ‘Dengan Iman dan Akhlak saya menjadi kuat, tanpa Iman dan Akhlak saya menjadi lemah’, tetap membekas dalam diri saya hingga saat ini,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.

Amanah sang Ayah, membuat Muhlis menunjukkan dedikasi dan pengabdian dalam berkarir di Unismuh Makassar. Ketekunannya menjadi dosen di Jurusan Administrasi Negara, membuatnya diamanahkan sebagai Pembantu Dekan 1 FISIP Unismuh pada tahun 1993.

  • Bagikan