FAJAR.CO.ID – Isu bocor-bocor data di tengah maraknya penggunaan platform digital belakangan banyak bermunculan. Dari masyarakat yang semula cuek dan tidak tahu-menahu kini banyak yang mulai sadar pentingnya menjaga keamanan data mereka terlebih data penting yang dipercayakan kepada penyedia layanan digital.
Tidak hanya di Indonesia, rentetan isu kebocoran data juga banyak terjadi di negara lainnya. Misalnya yang terbaru mengemuka, isu WhatsApp diduga mengalami kebocoran data. Hal ini setelah seorang aktor anonim mengunggah iklan di forum komunitas peretasan terkenal.
Dilansir dari Cybernews, hacker tersebut mengklaim bahwa mereka menjual basis data 2022 dari sebanyak 487 juta nomor ponsel pengguna WhatsApp. Dataset tersebut diduga berisi data pengguna WhatsApp dari 84 negara, termasuk Indonesia.
Pelaku ancaman siber itu juga mengklaim ada lebih dari 32 juta catatan pengguna Amerika Serikat (AS) yang disertakan. Sebagian besar nomor telepon lainnya milik warga Mesir (45 juta), Italia (35 juta), Arab Saudi (29 juta), Prancis (20 juta), dan Turki (20 juta).
Dataset yang dijual juga diduga memiliki hampir 10 juta nomor telepon warga Rusia dan lebih dari 11 juta warga Inggris. Pelaku ancaman mengatakan kepada Cybernews bahwa mereka menjual kumpulan data AS seharga USD 7.000 (setara Rp 110 jutaan), Inggris seharga USD 2.500 (setara Rp 40 juta), dan Jerman seharga USD 2.000 (setara Rp 31 jutaan).
Informasi tersebut sebagian besar digunakan oleh penyerang untuk serangan smishing dan phishing. “Jadi, kami menyarankan pengguna untuk tetap waspada terhadap panggilan apa pun dari nomor tak dikenal, nomor yang menanyakan cara ngutang pulsa axis, panggilan dan pesan yang tidak diminta,” tulis Cybernews.