FAJAR.CO.ID,MAKASSAR — Direktur Departemen Statistik Bank Indonesia Fadjar Majardi menyebut petuekonomi Sulwesi Selatan (Sulsel) akan tetap kuat.
“Perekonomian Sulsel dapat tetap tumbuh kuat di 2023 pada rentang 4,6 persen - 5,4 persen, dengan inflasi yang tetap terjaga pada rentang sasaran inflasi Nasional 3,0±1 persen,” ungkapnya kepada warawan, usai pertemuan tahunan Bank Indonesia, di Hotel Claro, Makssar, Rabu (30/11/2022).
Hal itu kata dia, salah satunya ditopang oleh industri nikel dan rumput laut. Ditambah dengan kendaraan listrik yang saat ini jadi tren, menurutnya menjdi nilai tambah terhadap perekonomian di Sulsel.
“Produksi dan hilirisasi nikel akan tetap tumbuh seiring dengan meningkatnya potensi pasar terkait tren kendaraan listrik dengan baterai berbahan baku nikel,” jelasanya.
“Hadirnya beberapa kawasan industri di Sulsel yang didukung oleh iklim investasi yang kondusif dan komitmen pemerintah daerah juga menjadi keunggulan Sulsel dibandingkan daerah lain,” lanjutnya.
Namun kata Fadjar, potensi resesi tahun 2023 tidak bisa dinafikkan. Ekspor terbesar Sulsel masih didominasi nikel, sementara negara tujuan ekspor seperti China, Amerika dan negara Uni Eropa ekonominya sedang goyah.
“Sulselnya kita open ekonomi, apa yang terjadi di dunia juga terjadi di Indonesia, dan juga di Sulsel. Dan dampaknya tentunya negatif,” imbuhnya.
Senada dengan itu, Presiden Jokowi dalam pidatonya di Pertemuan Tahunanan BI juga mengingatkan agar hati-hati memasuki 2023.
“Menurut saya ekspor Indonesia tahun ini naik tinggi sekali, tapi hati-hati tahun depan bisa menurun. Karena Tiongkok, ekonomi mereka juga turun karena covid. Kemudain Uni Eropa juga sama, pelemahan ekonomi pasti. Di amerika juga sama,” bebernya.