Simulasi berikutnya, Ganjar dipasangkan dengan Airlangga Hartarto melawan Anies Baswedan-AHY dan Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
Hasilnya, elektabilitas duet Ganjar-Airlangga unggul dengan 25,9 persen, Anies-AHY 29,1 persen sementara Prabowo-Cak Imin 25,9 persen.
Kemudian, Ganjar disandingkan dengan Andika Perkasa melawan Anies-Ridwan Kamil (RK) dan Prabowo-Khofifah Indar Parawansa. Ganjar-Andika unggul dengan elektabilitas 28 persen dari Anies-RK yang mendapat elektabilitas 28 persen, dan Prabowo-Khofifah dengan elektabilitas 24,9 persen.
Berikutnya, simulasi empat, Ganjar dipasangkan dengan Sandiaga Uno melawan Anies-Andika dan Prabowo-RK.
Hasil survei memotret elektabilitas Ganjar-Sandi 36,8 persen sementara Anies-Andika 25,7 persen, dan Prabowo-RK 25,6 persen.
Terakhir, Ganjar mendapat elektabilitas 37,8 persen jika berpasangan dengan RK. Menang dari Anies-Ahmad Heryawan (Aher) yang memperoleh elektabilitas 25,5 persen dan Prabowo Subianto-Cak Imin 25 persen.
"Ganjar, Anies, dan Prabowo tiga sosok terkuat dalam lembaga survei manapun ketika lakukan rilis. Ketika dua di antaranya bergabung maka memang logika di atas kertas, secara statistik, masih akan menjadi pasangan yang sangat kuat dan berpotensi menang satu putaran," kata Yunarto Wijaya kembali menyinggung duet Ganjar-Prabowo berpotensi menang Pilpres satu putaran.(wartaekonomi/fajar)