Chairperson Yayasan Anak Bangsa Bisa, Monica Oudang mengatakan sejalan dengan komitmen CCE untuk mewujudkan solusi yang sistemik, dalam menangani permasalahan air di Indonesia, YABB dan changemakers hadir untuk mewujudkan akses air bersih melalui kolaborasi, teknologi, dan edukasi.
Demi mencapai tujuan tersebut, proyek gotong-royong ini menerapkan teknologi inovatif. Mengolah air hujan menjadi air minum, dipadu dengan edukasi yang membangun kemandirian masyarakat Tallo.
"Kecamatan Tallo merupakan satu dari lima kecamatan yang mengalami krisis air bersih di Makassar pada 2021," ucapnya.
Untuk itu mereka juga ingin mengembangkan potensi Tallo untuk menjadi desa wisata, khususnya kawasan tepi laut dan cagar budaya kompleks, Makam Raja-Raja Tallo.
Para changemakers dari Celebes Green Project, Terra Water, dan Kopernik mengidentifikasi kerugian warga Tallo yang diakibatkan krisis ini. Demi air gratis, waktu harus rela terbuang dan kesehatan pun dipertaruhkan.
Warga perlu menempuh jarak hingga satu kilometer menuju sumur air komunal, dan mengantri selama 2-3 jam untuk mendapatkan air yang tidak layak.
Sedangkan untuk mendapatkan air bersih, warga mesti membeli air dari depot dan merogoh kocek sampai Rp 300.000 per bulan.
"Permasalahan krisis air bersih di Tallo mengganggu perekonomian, kesehatan, dan kehidupan sosial masyarakat sehingga dibutuhkan solusi yang tepat," ucapnya.
Direktur Utama Perumda Air Minum Kota Makassar Beni Iskandar menjelaskan, Penyebab dari permasalahan air bersih adalah jaringan perpipaan yang tidak merata, sehingga pelayanan di Tallo kurang maksimal.