Meski demikian, ia menjelaskan bahwa masing-masing negara memiliki kebijakan yang berbeda untuk meningkatkan penggunaan kendaraan listrik. “Ini sebagai upaya Indonesia ingin mendorong agar penggunaan kendaraan listrik bisa lebih cepat,” ujarnya.
Agus mengungkapkan ada beberapa alasan pendukung transisi kendaraan listrik perlu segera dilakukan. Pertama, Indonesia disebutnya sebagai negara penghasil nikel terbesar di dunia, sehingga perlu melakukan transformasi dalam pengolahan sumber daya alam agar memiliki nilai tambah, terlebih nikel menjadi bahan baku utama pembuatan baterai listrik.
Kedua, semakin banyaknya penggunaan kendaraan berbasis listrik dinilai akan meringankan beban APBN dalam memberi subsidi bahan bakar fosil. “Kendaraan listrik secara fiskal tentu akan terbantu, karena subsidi untuk kendaraan fosil akan berkurang,” ungkapnya.
Ketiga, kata Agus, pemberian insentif menjadi sebuah senjata pemerintah untuk “memaksa” produsen-produsen mobil dan motor listrik di dunia agar segera dan cepat merealisasikan investasi kendaraan listriknya di Indonesia “Keempat, kita juga sebagai komunitas global sudah membuktikan keseriusan dan komitmen kita dalam mengurangi karbon,” tutupnya. (fin/fajar)