Strategi fiskal yang akan dilakukan pemerintah Indonesia guna merespons ketidakpastian global yaitu dengan menjaga sekaligus memperbaiki fundamental sumber pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Di sisi lain, kata Menkeu, ada beberapa aspek yang bisa meningkatkan level kompetitif ekspor Indonesia. Di antaranya, konsumsi, investasi, peraturan, dan insentif.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 4,5 persen–5,3 persen pada 2023.
Dengan inflasi inti di bawah 4 persen pada semester I dan kembali ke 3 persen di akhir tahun depan. ’’Didukung koordinasi bersama menteri keuangan yang tetap akan memberikan subsidi,’’ paparnya.
Terkait neraca pembayaran, secara keseluruhan tahun ini masih surplus USD 2,6 miliar. Penanaman modal asing juga kembali masuk ke portofolio investasi tanah air. Khususnya di pasar surat berharga negara (SBN). Dengan demikian, nilai tukar rupiah cenderung menguat ke depan.
Menurut Perry, pelemahan rupiah saat ini dipicu fenomena strong dolar Amerika Serikat (USD) dan tren kebijakan hawkish The Fed. Setidaknya, bank sentral utama dunia itu bakal menaikkan suku bunga acuannya sampai triwulan I 2022.
’’Setelah itu akan tinggi, tapi ketidakpastian global akan menurun. Kalau itu menurun, rupiah akan cenderung ke arah fundamental. Pertumbuhan ekonomi tinggi, inflasi rendah, CAD (current account deficit) rendah, dan semua perspektif itu juga baik,’’ ujar pria asal Sukoharjo tersebut.
Perry menyatakan, kunci untuk ketahanan, pemulihan, dan kebangkitan itu adalah sinergi. Koordinasi fiskal dan moneter. Juga, terus melakukan transformasi sektor keuangan, digitalisasi, dan pengembangan ekonomi keuangan hijau.