Salah seorang pengendara, Rahmat, mengaku sangat senang tas beroperasinya Jembatan Pute ini. "Akhirnya diresmikan juga setelah setahun ditutup karena rusak," katanya.
Apalagi, Rahmat hampir tiap hari melintas di jalur Trans-Sulawesi itu. Dia benar-benar terdampak atas kemacetan yang ditimbulkan lantaran satu jalur digunakan dua arah alias contraflow.
"Tiap sore itu atau jam-jam sibuk selalu macet. Apalagi kalau weekend, macetnya sampai berjam-jam di jalan. Makanya kita senang karena hari ini sudah mulai dioperasikan," katanya mengapresiasi.
Tanggapan Pakar
Sebelum beroperasi, pengguna Trans-Sulawesi selalu terjebak macet. Media sosial pun ramai keluhan. Terutama yang bolak balik ke Makassar, untuk urusan pekerjaan.
Ahli Transportasi Universitas Negeri Makassar (UNM) Qadriathi Daeng Bau menyebut antisipasi seharusnya dilakukan sebelum memutuskan mengerjakan proyek besar, apalagi di jalan utama. Jalur alternatif mestinya disiapkan.
Setidaknya, ada upaya mengurai kemacetan dan penumpukan kendaraan yang terjadi. Tak hanya membiarkan contraflow, bahkan nyaris tanpa petugas sama sekali. Itu terjadi tiap hari, dan terparah pada Sabtu dan Minggu.
Jika jalur alternatif tak tersedia, pengawasan yang ketat mestinya dilakukan. Apalagi, potensi munculnya Pak Ogah menjadi lebih besar jika hal ini tak disiapkan dengan matang.
Menjadi suatu kesalahan apabila perbaikan tidak dibarengi dengan penyediaan jalan alternatif. Apalagi untuk Jempatan Pute yang merupakan jalur poros yang termasuk organ penting.