Ia menekankan, untuk penguatan pondok-pondok pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah, Majelis Dikdasmen harus bergandengan tangan dengan Lembaga Pembinaan Pesantren Muhammadiyah.
“Keduanya berpasangan sebagai pngawal dan pendamping generasi bersama seluruh kepala-kepala sekolah, madrasah, para guru, dan ustadz-ustadzah,” tegas Rektor Unismuh ini.
Sementara itu, Wakil Ketua LP2M Pimpinan Pusat ( PP) Muhammadiyah, Qowaid mengapresiasi pencapaian PWM Sulsel dalam hal kepesantrenan ini.
Qowaid mengungkapkan, LP2M Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan merupakan lembaga pengembangan pesantren terbaik se-Indonesia.
“Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan berperan besar bagi LP2M PWM ini, dan bagi kami, LP2M PWM Sulsel ini berperan besar terhadap perkembangan LP2M ini. LP2M berdiri dan diputuskan dalam Muktamar Muhammadiyah di Makassar 2015 lalu, ” ujar dia.
Profesor Riset Kemenag RI ini mengaku beryukur karena LP2M telah menunjukkan manfaat atas keberadaanya. Ini dapat dilihat pada peningkatan kuantitas dan kualitas pondok pesantren Muhammadiyah saat ini.
“Di Sulsel, luar biasa, dari 19 menjadi 31. Ternyata secara nasional juga. Pada 2015, pesantren Muhammadiyah di seluruh Indonesia itu hanya 127. Setelah berdiri LP2M, laporan Muktamar kemarin, ada 440 pesantren, meningkat sekitar 350%,” ungkap Qowaid.
Karena itu, ia berharap, Muhammadiyah Sulawesi Selatan terus berpacu untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pesantren Persyarikatan.
“Aisyiyah Sulsel juga harus mendirikan lagi pesantren, tidak hanya Ummul Mukminin. Termasuk panti asuhan, pun bisa dijadikan pesantren. Ini bisa dilihat di Lamongan, Jawa Timur, ada panti asuhan yang dijadikan pesantren, lalu berkembang pesat,” tutup dia.