“Kita berharap ekonomi masih tumbuh di atas 5 persen. Kalau 2022 kan sudah dipastikan di atas 5 persen, tetapi kita berharap di 2023 juga masih di atas 5 persen. Kita semua harus optimistis dalam menyelesaikan tantangan yang ada dan bisa mengarungi 2023 sebagai tahun ujian dengan ekonomi yang lebih baik,” lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyatakan kinerja pasar modal Indonesia pada 2022 merupakan yang terbaik dibandingkan dengan bursa saham Eropa yang justru menunjukkan kinerja “brutal”.
“Suasana penutupan perdagangan bursa saham Eropa menurut media keuangan internasional, ditulis dengan judul ‘European Stock Lower, Ending Brutal Year’. Jauh berbeda dengan Bursa Efek Indonesia (BEI),” kata Mahendra.
Ia mengungkapkan, kondisi “brutal” pada perdagangan saham Eropa karena perang Ukraina-Rusia, inflasi yang masih tinggi, dan kebijakan moneter yang ketat. Menurut Mahendra, kondisi “brutal” ini tercermin pada penutupan bursa saham Europe Stoxx 600 yang turun 12 persen.
“Ini turun, artinya terjelek sejak 2018, dan artinya lagi, lebih jelek dari saat pandemi di 2020 sampai 2021,” tutur Mahendra.
Bahkan, ia juga mengatakan Euro Zone akan masuk ke dalam kelesuan yang berat. Selain itu, menurutnya Bank Sentral Inggris telah menyatakan bahwa ekonomi Inggris akan masuk ke pro long recession atau resesi berkepanjangan.
Mengacu pada kondisi bursa saham global tersebut, Mahendra pun menilai kinerja pasar modal Indonesia 2022 justru bertahan dan cenderung menunjukkan kinerja yang positif.