Sekarang ini, lanjutnya, terdapat kasus penyakit hewan yang namanya Jembrana disebabkan oleh virus yang tingkat penularannya juga cukup tinggi dibandingkan dengan PMK. Tetapi hari ini Jembrana belum mempunyai Vaksin.
Namun, sambung Nurdin, segala upaya yang dilakukan oleh pihak PKP melakukan gerakan cepat dan hingga saat ini sudah terkendali.
"Sebelumnya sempat tingkat kematian ternak cukup tinggi, namun sebenarnya total kematian semuanya bukan penyebabnya Jembrana, karena ada beberapa kasus seperti berak darah, atau koksidiosis. itu juga tingkat kematiannya cukup tinggi tapi ini merupakan penyakit rutinitas dan itu bisa kita tangani,"pungkasnya.
Lebih lanjut Nurdin menjelaskan, Jembrana sendiri ini adalah imbas dari beberapa Kabupaten/ Kota yang lain, karena Kota Parepare merupakan daerah perlintasan.
Jadi langkah-langkah yang telah dilakukan, yaitu memperketat pengawasan lalu lintas ternak, dan melakukan sosialisasi kepada peternak atau pedagang untuk tidak melintaskan ternak yang berasal dari area yang disinyalir adanya kasus penyakit hewan.
"Kasus ini muncul akhir tahun, sekitar bulan 11 tahun 2022. Jumlah kasus, sebenarnya data kita ada kematian sekitar 50an hewan, namun penyebabnya bukan jembrana. Kasus jembrana hanya sekitar 20 atau 30, itu sesuai hasil uji pemeriksaan Balai Besar Vetariner (BBV) Maros,"jelasnya.
Untuk ternak yang mati, diasuransikan oleh Pemerintah Kota Parepare sebesar Rp 10 juta per ekor.(fajar)