FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) mengatakan membuka ruang koalisi untuk partai politik manapun. Namun, dia menekankan berkoalisi dengan partai politik yang sefrekuensi dengan PDIP, baik secara ideologi dan adaptif untuk masa depan.
“Kalau terhadap partai yang Sukanya impor, nah, ini nggak cocok buat PDI Perjuangan. Kita lebih suka bekerjasama dengan partai yang memiliki ideologi dan platform serta agenda masa depan tersebut,” kata Hasto di Sekolah Partai DPP PDIP, Jakarta Selatan, Jum’at (3/2/2023).
Politikus asal Yogyakarta itu enggan menyebut, partai politk mana yang dimaksud yang gemar impor.
“Karena syarat untuk seorang prsiden bisa terpilih itu kan 50 persen plus satu. Kalkulasinya untuk mencapai itulah yang dilakukan PDIP,” terang Hasto.
Saat disinggung terkait kemungkinan Surya Paloh bertemu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Hasto menegaskan capres yang diusung Partai NasDem berbeda dari kriteria PDIP.
"Pak Surya Paloh kan bilang ada kode-kodenya, ini kodenya harus kita tangkap dulu, kode ini untuk apa? Untuk kepentingan bangsa dan negara, untuk kode elektoral, untuk kode capres cawapres?" kata Hasto.
Dia mengatakan kalau untuk berbicara terkait capres dan cawapres, PDIP memiliki pandangan yang berbeda dari NasDem. Karena, capres PDIP harus berasal dari kader PDIP seperti yang disampaikan Mega pada HUT Ke-50 PDIP beberapa waktu lalu.
"Kan NasDem udah punya capres, dan ini capresnya berbeda dengan PDI Perjuangan, karena pidato Ibu Mega kan capres PDIP dari kader, capres yang berprestasi, bukan capres yang pintar berpoles diri, kan beda, kode-kode ini kami tangkap dulu," ujar Hasto. (Pram/Fajar)