Berkaca pada tahun 2017 lalu, banjir datang secara tiba-tiba pada malam hari. Kondisi tersebut menyebabkan kerusakan dan kerugian sekolah.
Arsip, buku pelajaran, murid, kursi dan alat peraga sekolah tidak sempat diselamatkan. Semuanya tergenang banjir setinggi 4 meter.
"Kami sudah mengusulkan permintaan bangunan berlantai dua. Tapi sampai sekarang belum ada realisasi. Kami terus menunggu," pintanya.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wajo, Muhammad Yahya menuturkan, telah menerima laporan dari sejumlah sekolah mulai tingkatan Taman Kanak-kanak (TK), SD dan SMP, meliburkan kegiatan mengajar untuk sementara.
"Sudah ada beberapa sekolah dari 3 kecamatan melapor untuk libur, karena dampak banjir. Semua sekolah ini berada di pesisir Danau Tempe atau daerah hilir," bebernya.
Yahya sapaannya mengaku, pernah mengusulkan sejumlah sekolah memperoleh konstruksi kayu dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Namun belum belum disetujui oleh pemerintah pusat.
"Tahun ini tidak ada lagi. Kita kembali ajukan tahun ini untuk kedepan (2024, red). Supaya kita dapat sekolah konstruksi kayu untuk tahan banjir. Semoga juknis DAK fisik bisa terakomodir untuk bangunan kayu," tutupnya. (man)