Sebagaimana diketahui, sampah masih menjadi masalah serius yang perlu digarap oleh banyak pihak, termasuk dunia pendidikan.
“Dalam kegiatan ini, kami juga ingin menciptakan iklim inklusivitas dengan melibatkan anak-anak disabilitas. Para siswa inklusi juga berhak mendapatkan kesempatan belajar yang sama dan terlibat dalam pengelolaan sampah secara berkelanjutan yang dapat memberikan dampak positif terhadap kontribusi upaya penurunan emisi gas dan efek rumah kaca,” imbuhnya.
Berdasarkan Grafik Komposisi Sampah Tahun 2022 yang telah dihimpun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sampah rumah tangga menyumbang persentase paling banyak yaitu sebesar 37,6 persen atau hampir dari setengah jumlah sampah di Indonesia. Sampah rumah tangga meliputi sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet, dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun, dan ranting.
Oleh karena itu, kegiatan ini tidak hanya melibatkan siswa inklusi tetapi juga seluruh warga sekolah termasuk orang tua.
Harapannya, setelah mengikuti kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran semua pihak bahwa mengelola sampah yang baik adalah tanggung jawab bersama demi keberlangsungan lingkungan hidup yang bersih.
“Kalau di sekolah, tanggung jawabnya bukan hanya oleh petugas kebersihan tapi seluruh warga sekolah ikut bertanggungjawab memastikan lingkungan yang bersih dan bebas dari sampah. Di rumah juga begitu, orang tua diharapkan bisa menjadi role model atau panutan bagi anak,” tutur Rusprita.
Peran orang tua, tegasnya, tentu tidak hanya terbatas pada peran ibu. Ayah juga punya andil besar membangun kesadaran anak akan peran dan tanggung jawab bersama mengelola sampah di rumah.