Ashari mengungkapkan, pengenalan sutera Wajo pada pameran internasional sekelas Inacraft adalah sebuah komitmen dari Gubernur Sulsel bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wajo untuk mengembalikan kejayaan sutera Sulsel.
"Bapak Bupati (Amran Mahmud) selalu mengingatkan kepada kami untuk berkolaborasi dengan semua pihak, termasuk pengusaha, untuk terus berupaya mengembangkan sutera di Wajo mulai dari hulu dan hilir. Juga mempromosikannya dalam berbagai event," jelas Ashari, saat dikonfirmasi.
Ketua Silk Solution Center (SSC) Wajo, Kurnia Syam, menjelaskan Dekranasda Sulsel yang meminta kepada pengusaha sutera menciptakan desain yang memuat ikon daerah di Sulsel. Perusahaan Arni Kurnia Silk pun berusaha untuk membuat desain tersebut.
"Alhamdulillah desain kami disetujui dan kami buatlah dalam bentuk tenun ikat Wajo dan bisa dipakai pada saat seremoni pembukaan," ucap Kurnia.
Meski begitu, produksi kain sutera tenun ikat Wajo terbatas karena membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebagian kebutuhan kain pun dialihkan menjadi print atau cetak.
Namun, harapan untuk makin diminatinya sutera Wajo oleh masyarakat baik di Wajo, Sulsel, Indonesia, bahkan mancanegara makin besar. Selain itu, Wajo diharapkan bisa jadi kiblat sutera. (*/fnn)