Sementara itu, penurunan kondisi kesehatan dipandang sebagai hambatan tertinggi ketiga terhadap pencapaian target finansial (35%), tetapi hanya sepertiga responden atau 34% yang menyatakan kekhawatiran tentang kenaikan biaya kesehatan, angka yang terendah di kawasan.
Untuk mewujudkan target finansialnya, 78% responden Indonesia menyebutkan dana tunai dan simpanan bank sebagai instrumen keuangan utama, 45% menyebutkan warisan keluarga, dan 42% menyebutkan skema jaminan pensiun pemerintah.
“Masyarakat Indonesia perlu meminimalkan risiko yang mereka hadapi akibat inflasi dengan memilih instrumen investasi yang tepat dan melindungi diri dengan asuransi. Dana tunai masih sangat diandalkan, namun hal ini membuat masyarakat berisiko terdampak inflasi yang dapat mengurangi nilai uang yang mereka miliki,” kata Ryan.
Survei menunjukkan, hampir tiga perempat responden atau 72% memiliki asuransi, instrumen yang amat penting bagi perencanaan pensiun yang efektif. Produk yang paling populer adalah asuransi rawat jalan (37%), jiwa (26%), dan kecelakaan (23%). Sementara itu, 84% responden menyatakan berniat membeli produk asuransi dalam 12 bulan ke depan, meningkat dari 76% pada hasil survei sebelumnya tahun lalu. Produk yang paling diminati adalah asuransi rawat inap (27%) dan rawat jalan (31%).
Kekhawatiran utama terkait kesehatan
Di samping perencanaan finansial, responden Indonesia menyadari pentingnya kesehatan untuk masa pensiun yang berkualitas. Mereka pun secara aktif berupaya memperbaiki kesehatan dan kesejahteraannya, terutama dengan lebih banyak berolahraga (67%), mengatur pola makan (65%), lebih ketat memantau kesehatan (50%), dan menambah frekuensi pemeriksaan kesehatan (49%).