Hal ini juga sudah lama disadari oleh PT Vale, bahkan sejak penandatanganan komitmen pencapaian SGDs dan Net Zero Emission yang sejalan dengan Paris Agreement. Secara gradual PT Vale telah menurunkan penggunaan energi fosil dan mulai meningkatkan penggunaan energi berbasis hydro dan panas bumi.
Adapun, langkah nyata yang dilakukan PT Vale salah satunya adalah keberhasilan PT Vale dalam mengurangi penggunaan batubara sebanyak 31,4% pada tahun 2022 dan juga penggunaan diesel sebanyak 24,08% dibandingkan tahun 2020. Pada tahun 2020, PTBI menggunakan batubara sebanyak 426,429 ton dan tahun 2022 berhasil dikurangi hingga 292.341 ton.
Sebagai gantinya, perusahaan yang telah beroperasi di Indonesia selama 50 tahun ini meningkatkan penggunaan pembangkit listrik bersumber dari air dan panas bumi sebanyak 8,7%. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Febry, pencapaian ini masih berada pada perencanaan NZE yang telah diputuskan oleh PT Vale.
“Kami sangat bangga mengumumkan kepada masyarakat internasional bahwa Indonesia dapat menjadi contoh bagi industri tambang dunia dan produk yang dihasilkan merupakan bukti nyata dari upaya keberlanjutan yang menyeluruh. Sebagai dampaknya kami dapat berkontribusi pada upaya mengurangi risiko perubahan iklim,”lanjut Febriany Eddy.
Saat ini, pabrik nikel yang dioperasikan PT Vale di Sorowako memiliki intensitas karbon sebesar 27,30 Ton CO2eq/Ton Ni. Hal ini menjadikan PT Vale sebagai perusahaan dengan intensitas karbon terendah di Indonesia.
“Kami sangat mengapresiasi dan berharap dukungan yang diberikan pemerintah terus berlanjut, juga kerja sama yang telah dibangun selama ini akan menjadi semakin baik untuk mengantarkan PT Vale mewujudkan ambisinya menjadi pelopor praktik pertambangan berkelanjutan di Indonesia bahkan dunia,” tutup Febry.(arya/fajar)