“Persoalan multi dimensi yang ada tidak cukup jika hanya dihadapi dengan konsep modernitas, tetapi harus dibarengi dengan karakter kuat yang terkandung dalam budaya dan kearifan lokal. Menjadikan budaya lokal sebagai identitas, memeliharanya, dan bangga memilikinya menjadi salah satu cara untuk merawat dan mempertahankan kekuatan budaya dalam lingkungan bermasyarakat," tuturnya.
Menurutnya, dengan bergotong royong membangun komitmen antar pemerintah, masyarakat, dan pelaku budaya dalam memajukan kebudayaan menjadi energi untuk menahan desakan era globalisasi yang dapat menimbulkan berbagai perubahan, termasuk tatanan hidup, akibatnya masyarakat cenderung memilih kebudayaan baru yang dinilai lebih mudah dan praktis jika diterapkan dibanding budaya lokal, untuk itu penting sekali melakukan berbagai strategi dalam menjaga budaya daerah Kita .
"Saya berharap “Festival Budaya To Berru” dapat menjadi jendela bagi dunia untuk mengintip kekayaan khasanah budaya dan potensi wisata yang ada di Kabupaten Barru. yang secara konsisten kita laksanakan setiap tahun kecuali pada pandemi covid," katanya.
"Sebelum saya mengakhiri sambu saya ini, saya ingin mengigatkan kembali paseng to riolo ta
“DUA MASULI’ RISAPPA NAENGKA”
“Ada dua hal yang sulit, baru ada apabila dicari”
“SEUWANI DECENGNGE”
“Pertama kebaikan”
“MADDUANNA JA’E”
“Kedua Keburukan”
“NAIYA TOTTONGETTA MASSAPPA RIDECENGNGE”
“Adapun tempat untuk mencari kebaikan”
“SEUWANI TAPUGAUI MALEMPU’E”
“Pertama melakukan perbuatan yang jujur”
“MADUANNA PAKATUNAI ALETA RISILEMPU’NAE
“Kedua merendahkan diri sepatutnya”
“MATTELLUNA SARO MASE RISILASANNAE
“Ketiga mencari kawan sepatutnya”