"Hak Kekayaan Intelektual sudah banyak, tapi Hak Paten masih terbatas. Semoga dengan pelatihan ini, akan lebih mudah bagi peserta dalam merumuskan deskripsi paten," ungkap Ambo Asse.
Nakhoda Unismuh Makassar ini memberikan contoh bahwa banyak produk masyarakat yang belum dipatenkan. "Banyak hal di Sulsel yang perlu dipatenkan, seperti Coto Makassar atau Sop Saudara. Termasuk kue seperti Barongko. Perlu didorong masyarakat, mendorong hak paten produk yang dimililkinya," ungkap Ambo Asse.
Demikian pula halnya dengan produk hasil akademisi perguruan tinggi perlu didorong agar dipatenkan. "Jangan menunggu orang patenkan baru kita keberatan," ujarnya.
Sementara itu, perwakilan DRTPM Kemdikbudristek Muhammad Husni Thamrin juga mengapresiasi dukungan Unismuh Makassar terhadap kegiatan Kemdikbudristek. "Ini bukan pertama kali kami bekerja sama dengan Unismuh, sebelumnya kita juga pernah berkolaborasi dalam kegiatan penulisan jurnal internasional," ungkap Husni.
Menurut Husni, selama ini pendaftaran Hak Paten masih sedikit, termasuk dari kalangan perguruan tinggi. "Pendaftaran hak paten selain dapat meningkatkan angka kredit, tentu saja dapat meningkatkan kesejahteraan," jelasnya.
Husni melanjutkan, pelatihan ini diharapkan memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan jumlah paten yang dihasilkan di Indonesia. "Dalam pelatihan serupa yang digelar di Bogor, 82 persen Hak Paten yang diajukan peserta dinyatakan diterima," ujarnya
Kegiatan ini, lanjutnya, sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan daya saing sektor riset dan teknologi di Indonesia. Dengan adanya dukungan dan pelatihan seperti ini, diharapkan akan terjadi peningkatan dalam jumlah dan kualitas paten yang dihasilkan oleh para peneliti dan akademisi di Tanah Air.