“Penggunaan kendaraan listrik akan menjadi salah satu solusi untuk mengurangi emisi GRK. Namun, untuk mewujudkannya, infrastruktur yang memadai perlu dibangun,” tegas dia.
Untuk menjalankan rencana ini, Indonesia telah mengeluarkan regulasi dan saat ini terdapat 842 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang sudah beroperasi.
Yudo menekankan pentingnya efisiensi energi sebagai langkah strategis dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Terlebih, potensi penghematan energi di Indonesia sangat besar, bahkan mencapai miliaran dolar setiap tahunnya.
“Salah satu tahapan yang paling penting dalam proses transisi energi ini adalah meningkatkan penggunaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Panel surya, energi hidro, dan energi geotermal akan menjadi fokus utama dalam diversifikasi sumber energi di Indonesia,” paparnya.
Sebagai informasi, negara-negara ASEAN menyatakan komitmennya untuk mempercepat transisi energi bersih. Salah satunya dengan membangun ekosistem kendaraan listrik.
Hal ini sebagaimana kesepakatan yang dicapai dalam KTT ke-42 ASEAN 2023 beberapa waktu lalu. Dalam ajang itu, Presiden Joko Widodo mengatakan ASEAN sepakat membangun ekosistem kendaraan listrik dan menjadi bagian penting dari rantai pasok dunia, sehingga hilirisasi industri menjadi kuncinya.
Terkait upaya mendorong transisi energi untuk mencapai NZE, ASEAN telah memiliki ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC). Di dalamnya terdapat sejumlah target, baik jangka pendek, menengah, maupun panjang.