"Untuk itu, sebagai warga Butta Toa, mari menjadikan adat, agama dan budaya sebagai panduan hidup, keramahan dan kepedulian kepada sesama sebagai kebiasaan. Dengan begitu, maka pemerintahan menjadi kuat dan kokoh karena tidak hanya diperjuangkan dan tegak pada satu pihak tapi merata diperjuangkan oleh seluruh warga. Inilah salah satu aspek yang kita perjuangkan kurang lebih empat tahun tujuh bulan, pemerintahan yang baik dan partisipatif," kata peraih penghargaan Tokoh Penggerak Koperasi Madya dari Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) itu.
Dia menjelaskan, sholat Idul Adha 10 Dzulhijjah 1444 H adalah perayaan hari kurban yang terakhir dalam masa pemerintahannya bersama Wakil Bupati Bantaeng, Sahabuddin. Visinya jelas, masyarakat sejahtera lahir batin, maju, unggul dan berkeadilan berbasis agama dan budaya lokal.
"Tentu banyak program yang sudah dilakukan dan semoga berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Menjelang akhir periode pemerintahan kami, saya
bersama Wakil Bupati Bantaeng, ingin mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan, sokongan dan kerjasama semua pihak. Para alim ulama, tokoh masyarakat, mitra pemerintah DPRD Bantaeng, Forkopimda, serta khususnya kepada masyarakat Bantaeng. Hidup ini punya siklusnya sendiri. Lahir, tumbuh, kemudian mati. Yang membuatnya abadi adalah kebermaknaan," kata dia.
Dia mengatakan, kebaikan apa saja yang telah ditunaikan dan dirasakan manfaatnya oleh warga dan khalayak banyak. Seluruh usaha dan ikhtiar kita semuanya berujung pada kesejahteraan warga.