Mereka, katanya, mungkin merasa tidak diterima atau diabaikan, yang dapat menciptakan rasa ketidakpuasan dan frustrasi. Kondisi ini dapat mempengaruhi mereka untuk mencari identitas dan kedekatan di kelompok-kelompok yang merusak.
"Pemuda dan pelajar dapat terlibat dalam tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok teroris atau radikal. Mereka mungkin dipengaruhi oleh pemikiran ekstrem dan keyakinan bahwa kekerasan adalah cara untuk mencapai tujuan mereka.
Hal ini dapat mengakibatkan mereka terlibat dalam tindakan kejahatan yang merugikan diri mereka sendiri dan masyarakat," tegasnya.
Oleh karena itu, lanjut Eko, untuk mencegah penyebaran terorisme dan radikalisme di kalangan pemuda dan pelajar, diperlukan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah kota dari segala aspek.
"Ini merupakan wujud komitmen kita untuk meningkatkan kewaspadaan dini dan membangun ketahanan terhadap ancaman terorisme dan radikalisme di kalangan pemuda dan pelajar.
Melalui kegiatan ini, kita akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana proses radikalisasi terjadi dan bagaimana mencegahnya.
Kita akan belajar tentang tanda-tanda peringatan, strategi pencegahan, serta pentingnya melibatkan pemuda dan pelajar dalam upaya ini," pungkasnya. (raksul)