Bahaya Mengintai pada Kakus WC yang Tak Rutin Disedot

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, SENGKANG -- Kasus yang tidak disedot rutin menyebabkan bahaya. Salah satunya tumbuh kembang anak-anak.

Hal itu disampaikan oleh Konsultan Ahli Nasional Bidang Pengelolaan Air Limbah Domestik (PALD), Joko Sugiharto di workshop Pendampingan Penyelenggaraan Sanitasi Aman : Pengelolaan Air Limbah Domestik di Hotel Sallo, Kabupaten Wajo. 

Workshop yang digagas UNICEF bekerjasama dengan yayasan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) dan Pemprov Sulsel dihelat sejak 20 - 22 Juli mendatang.

Kata Joko, pertumbuhan anak yang tidak sesuai dengan usia dan kemampuan kognitifnya rendah disebut sunting. Oleh karenanya, kakus seharusnya disedot minimal rutin 3 tahun sekali.

 "Tidak semua anak terkena stunting itu kurang gizi.  Tapi bisa karena bakteri e.colli yang amat berbahaya yang terkandung dalam lumpur tinja," ujarnya .

Lebih dari 25 persen bayi meninggal karena diare dan kolera, karena air yang diminum kemungkinan besar tidak bersih, diambil dari sumur yang terembes tinja. Rembesan tinja bisa juga mendatangkan penyakit-penyakit lain, seperti kanker.

Dirinya membeberkan, 70 persen tanah di Indonesia tercemar air limbah domestik dan air tinja rembesan kakus, yang jarang disedot bahkan tidak berstandar nasional. 

Kepala Dinas PUPRP Wajo, Andi Pameneri itu menjadi pembicara. Berdasarkan data tercatat, 2.600 unit rumah di Wajo menggunakan septik tank. Namun minim dilakukan penyedotan.

"Kami masih menggunakan satu truk penyedot sehingga tidak bisa melakukan secara rutin dan tidak bisa mencakup area Wajo yang luas," tuturnya. 

  • Bagikan