Misalnya PDIP yang sudah mengerucutkan lima bakal cawapres, yaitu Erick Thohir, Sandiaga Uno, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Andika Perkasa.
"Itu juga bagian dari upaya yang ditunjukkan Jokowi bahwa yang mana pun, itu tidak ada masalah," kata Sukri.
Masalah harus endorse siapa atau pilih siapa nantinya, itu akan dilihat di akhir. Sebab Jokowi dalam berbagai kesempatan masih selalu mengatakan kondisinya belum jelas.
"Projo juga meskipun cenderung ke Prabowo ia juga mengatakan sekarang belum jelas semua. Sehingga masih perlu dibaca dalam kerangka yang lebih besar lagi," jelas Sukri.
Bisa jadi juga kata Sukri, Jokowi masih ingin melihat yang mana paling cocok untuk meneruskan visi-nya. Erick adalah satu figur cawapres yang potensi. Peluang keterpilihan Erick pun besar. Dalam salah satu hasil survei, dipasangkan dengan siapa pun ia selalu memenangkan pasangannya.
Jadi Erick adalah kandidat cawapres yang paling kuat saat ini. Jabatan BUMN dan PSSI menjadi modal kuat Erick yang memberikan efek elektoral.
"Terutama semangatnya dalam membesarkan PSSI, khususnya sepak bola Indonesia. Karena bola ini bisa diterima semua kalangan," terang Dekan Fisip Unhas itu.
Sementara analis politik Unismuh, A Luhur Prianto menilai dukungan ganda Jokowi belum sampai dititik akhir. Termasuk upaya Jokowi memasangkan Prabowo-Erick. Sejauh ini, manuver yang dilakukan Jokowi merupakan bagian dari konsolidasi kekuatan di luar kepentingan PDIP dan Ganjar.
"Dalam kasus dukungan pada Prabowo-Erick, bisa menjadi strategi Jokowi untuk mengendalikan Cak Imin dan PKB," kata Luhur.