Penamatan Ke-3, Pesmadina Mewisuda 117 Mahasantri, Diharapkan Jadi Ulama yang Intelektual

  • Bagikan

Karena itu dengan model Pesmadina seperti ini dia berharap para maha santri ini bisa melanjutkan untuk mengkaji Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah itu. Sehingga muncullah kemudian ulama-ulama ensiklopedis seperti jaman dulu. 

“Nggak ada integrasi ilmu. Dimana ilmu diintegrasikan. Dulu Islam klasik itu, masing-masing ilmu yang mengembangkan tradisinya sendiri. Ilmu umum, ilmu agama,” jelasnya. 

“Kita dipengaruhi oleh dikotomi pemahaman ilmu oleh barat. Seakan-akan ilmu agama itu nggak ada hubungannya dengan ilmu umum, sekuler. Itu yang dibentuk sehingga ada keterpaksaan kita untuk menggabungkan integrasi ilmu,” sambungnya. 

Menurutnya, ilmu itu interkoneksi, saling melengkapi. Tidak harus integrasikan.

Dia lalu mencontohkan mengapa ulama harus pandai astronomi, itu untuk menentukan waktu-waktu ibadah di dalam Islam. Untuk menentukan bulan-bulan dalam kalender hijriah dan sebagainya. 

“Jadi ada hubungannya. Apakah itu yang disebut integrasi? Menurut saya masing-masing memang mengembangkan tradisinya sendiri. Saya paham betul bahwa model seperti Pesmadina ini memang akan melahirkan ulama-ulama seperti yang diharapkan oleh para KH Ahmad Dahlan, ulama intelek,” tandasnya.

Terpisah, Ketua Konsorsium Chaerani Djaya menyebut kegiatan ini merupakan penamatan yang ketiga kalinya yang digelar Pesmadina. 

“Hari ini menamatkan sekaligus mewisuda mahasantri untuk Tahfiz dari tiga kategori. Jadi pendidikan dokter, pendidikan ulama tarjih dan S.1 umum,” jelasnya.

  • Bagikan