BPDPKS Harap Indonesia Tetap Jadi Negara Utama Sawit Dunia

  • Bagikan

"Syarat bantuan harus berkelompok, kami tidak melayani perorangan. Ini yang banyak jadi kendala. Atau sudah punya tapi setelah terima bantuan bubar," kata Evi.
Termasuk penyaluran beasiswa bagi keluarga petani. Khusus di Lutra jumlahnya sangat kecil baru diterima 7 orang dari total 17 porsi untuk Sulsel.

Dua lainnya mendapat beasiswa program afirmasi, khusus bagi petani tertentu. Pihaknya mendorong petani mengurus keperluan tersebut untuk peningkatan SDM mereka.

"Beasiswa paling banyak (disalurkan) dari Sumatra yaitu 570 porsi, disusul Riau, Sumsel dan Kalbar," bebrnya.

Direktur Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) Sri Gunawan sebagai penyelenggara yang ditunjuk, menyampaikan pelatihan diikuti 180 petani dari Kabupaten Luwu Utara. Mereka yang ikut merupakan rekomendasi oleh Dinas Pertanian Lutra.

"Negara kita kaya raya komoditas pertanian, namun tidak ada yang menang dari (hasil) luar negeri.

Hanya satu yang kita menang, kelapa sawit," beber Gunawan. Karenanya tak heran banyak kompetitor yang menghalangi investasi perusahaan sawit di tanah air. Terutama terkait pembukaan lahan, kekeringan, kebakaran.

Dia menyampaikan dari total 16,3 juta hektare lahan sawit, 6,68 hektare milik perkebunan rakyat,
2,75 ha lahan yang sudah tua dan saatnya diremajakan. Lalu 4 juta hektare lahan perkebunan rakyat yang produksinya belum optimum meskipun dana dari Ditjen diakui sudah banyak kucur.

"Masalah utama adalah SDM, kelembagaan, kelompok tani, buat proposalpun tidak bisa maka pelatihan ini kami harap mengatasi hal itu," bebernya yang menurunkan full tim tenaga pengajar dan praktisi dalam pelatihan ini.

  • Bagikan