Menurut Adriansyah Chaniago, dekarbonisasi sangatlah tergantung dan bisa di-support oleh Indonesia. Namun demikian, rantai prosesnya itu panjang.
“Dari proses mining hingga produk akhirnya itu panjang. Untuk itu diperlukan banyak energi, banyak aktivitas yang kalau tidak dilakukan dengan disiplin sangat tinggi justru akan meninggalkan dampak-dampak negatif terhadap negara produser. Jangan sampai inisiatif kita ini, hilirisasi kita ini, bisa menguntungkan di negara lain, tapi justru merugikan di tempat kita tinggal. Inilah salah satu yang menjadi perhatian utama PT Vale Indonesia,” tegasnya.
PT Vale sangat konsen pada praktik pertambangan berkelanjutan, salah satunya dalam operasional sudah menggunakan energi baru terbarukan pada tiga PLTA yang dimiliki, yakni PLTA Larona, Balambano dan Karebbe.
Tak hanya itu saja, disetiap setelah melakukan aktivitas penambangan PT Vale sangat konsisten melakukan reklamasi pada area lahan bekas tambang. Termasuk menghadirkan Taman Kehati Sawerigading Wallacea yang mendukung kegiatan reklamasi.
Sementara itu, Ketua Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), Wahyu Utomo menyatakan, forum ini ingin memberikan informasi terkini yang seluas-luasnya tentang teknologi yang akan Indonesia gunakan ke depan, serta berbagi pengalaman untuk meningkatkan kualitas pembangunan yang dilakukan di Indonesia demi mencapai target Indonesia Emas 2045.
“Target Indonesia Emas 2045 ini dengan mempertimbangkan efek pengganda (multiplier effect) terbesar bukanlah dari pembangunan infrastruktur, tetapi dari yang memanfaatkan infrastruktur,”katanya.