Seorang asisten rumah tangga membukakan pintu pagar, yang langsung berhubungan dengan grasi. Terlihat dua mobil mewah terparkir, namun satu yang kukenal merek ‘Mercy’.
“Silakan duduk! Puang akan segera menemui kalian,” kata si asisten rumah tangga. Karena sudah masuk waktu Ashar, saya dan Yunus melaksanakan salat di ruang khusus di lantai dua rumah tersebut.
Tiba-tiba muncul tuan rumah, mengenakan sarung dipadu baju kaos berkra, mengingatkanku kepada Andi Dake (Petta Dake), tetanggaku di kampong, yang ternyata, istri Andi Dake, Andi Naga (Petta Naga) adalah tante Puang Sauru sendiri.
“Kita pale, Puang, yang gantikan Puang Said?” Ujarku demi menutupi, rasa kecele karena dalam hati, masih mengira Said Saile sebagai Ketua Kebugis.
Ketua Umum Kerukunan Keluarga Bugis Sidenreng Rappang (Kebugis), H. Mashur bin Moh Alias, SH, M.Si, yang akrab dipanggil Puang Sauru lalu mengajak kami ke meja makan.
Membuat saya semakin heran, menu lauk, betul-betul ala kampung di Sidrap. ‘Nasu palekko itik’ dan ‘peco bale rakko’, dipadu dengan sayur bening terung-bayam. Sembari menahan ngiler, mengingatkan saya kepada kakakku, Prof M. Tahir Malik, di mana menu makan ini merupakan makanan kesukaannya.
Selidik tentang kedua mobil mewah dengan perkiraan, satu untuk kendaraan pribadinya, satu untuk anaknya, maklum kategori “Sultan”, saya bertanya keberadaan anak-anaknya, karena rumah kelihatan sepi.
“Kedua anak saya, semuanya sekolah di luar negeri. Yang tua di Jerman dan adiknya di Inggris,” katanya singkat. Wow…! Luar biasa. Kataku membatin.