Sepanjang perjalanan, saya terus menelisik kepribadiannya. Seorang tokoh, pengusaha sukses, mengemudi mobil sendiri. Penampilannya sangat-sangat sederhana. Baju kaos berkra dipadu celana jins butut dengan sepatu kets.
Saya membayangkan pakaian yang dipakainya banyak dijual di Pasar Butung Makassar. Di tengah kemewahan atau aset yang nilainya Ratusan Miliar Rupiah yang dimilikinya, justru tampil sederhana. Saya membayangkan penampilannya, tidak jauh beda Big Bos saya, CEO Jawa Pos, Dahlan Iskan, yang juga mantan Menteri BUMN itu.
Seketika, saya merasa risih dan malu. Betapa tidak, saya yang tak punya apa-apa, justru tampil sedikit bermewah-mewah, sok kaya. Maklum, saya mengenakan han (kemeja) merek BOSS, jam tangan dan ring (ikat pinggang) merek Louis Vitton, celana merek Agner, dan sepatu kulit merek GUCCI.
Tak terasa, mobil memasuki parkiran, Mall Bellagio, Kawasan Kuningan Jakarta Selatan. Saya turun duluan bermaksud membukakan pintu mobilnya, tapi ternyata lebih duluan turun. “Waduh, ini orang tidak mau dilayani dan merepotkan orang,” kataku membatin.
Yang lebih mengherankan lagi, begitu kami tiba di salah satu sudut tempat ngopi, ternyata Puang Sauru sudah ditunggu dan disambut salah seorang tokoh pengusaha asal Sulselbar, Salahuddin ‘Annar ‘ Sampetoding. Terlihat juga mantan tokoh Pemuda Pancasila (PP) Panakkukang Makassar, Ansar ‘Ilo’ Neng, yang saya ketahui orang dekatnya Menteri Eric Thohir.
Puang Sauru dan Annar saling bersalaman. Keduanya lalu memesan makanan menu ala sederhana, sop ubi, kopi susu, dan menu lainnya. Dia menyarankan kepada kami untuk memesan makanan sesuai selera masing-masing, termasuk bisa memesan rokok, meski Puang Sauru sendiri tidak merokok. Malah dia menyarankan ke saya agar segera berhenti merokok karena dapat merusak jantung.