“KLHK dan BRIN melakukan teknologi modifikasi cuaca utk mengarahkan awan hujan di calon lokasi yang kering. Kemudian awan-awan hujan disiapkan untuk mengisi embung-embung, dan lainnya. Jadi karena informasi awal tadi, kita bisa lebih siap.”
Strategi serupa juga sudah diimplementasikan pada 2020, 2021, dan 2022, ketika Indonesia dilanda fenomena La Nina yang merupakan kebalikan dari El Nino sehingga mengakibatkan musim hujan berkepanjangan.
“Ini sebagai dampak dari perubahan iklim, dan perubahan suhu bumi yang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Suhu bumi dalam 10 tahun rata-rata kenaikannya 0,3 derajat Celsius. Tapi ke depan bisa lebih cepat kenaikannya,” ujarnya.
Dengan penyelenggaraan WWF 10 yang akan dilaksanakan di Bali pada 2024 mendatang, Dwikorita berharap Indonesia dapat membantu meningkatkan kesetaraan, keadilan, dan kapasitas negara-negara di dunia dalam menghadapi krisis akibat perubahan iklim melalui penggabungan teknologi dan kearifan lokal.