Inflasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti: Inflasi permintaan terjadi ketika tingginya permintaan terhadap barang dan jasa melebihi pasokan yang tersedia. Ini dapat memicu peningkatan harga karena konsumen bersaing untuk membeli barang yang langka. Inflasi biaya produksi terjadi ketika biaya produksi barang dan jasa meningkat, misalnya akibat kenaikan harga bahan baku atau tenaga kerja. Kenaikan biaya produksi ini bisa ditransfer ke konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi.Inflasi moneter terjadi ketika jumlah uang yang beredar dalam ekonomi meningkat dengan cepat. Peningkatan suplai uang ini dapat mendorong konsumen untuk menghabiskan lebih banyak uang, yang pada gilirannya dapat memicu peningkatan harga. Faktor-faktor struktural seperti perubahan dalam regulasi pemerintah, perubahan dalam teknologi, atau perubahan dalam pasar tenaga kerja juga dapat memicu inflasi. Ini seringkali merupakan faktor yang lebih jangka panjang dan bersifat struktural daripada faktor yang bersifat sementara.
Inflasi yang rendah biasanya dianggap normal dan bahkan diinginkan dalam ekonomi, karena dapat mendorong konsumsi dan investasi. Namun, inflasi yang terlalu tinggi atau tidak terkendali dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan mengurangi daya beli masyarakat. Oleh karena itu, bank sentral dan pemerintah seringkali bekerja sama untuk mengendalikan inflasi, mengatur suku bunga dan kebijakan fiskal untuk mencapai tingkat inflasi yang stabil dan terkendali. Tingkat inflasi yang dianggap sehat biasanya berkisar antara 2% hingga 3% per tahun.