"Pas saya dapat gaji pertama, antara mau ka nangis dan senyum-senyum sendiri. Tidak pernah ka' bayangkan pegang uang sebanyak itu. Waktu kerja sebagai pembuat paving gajinya hanya ratusan ribu, itu pun sudah bersyukur sekali ma'," ungkapnya dengan mata berbinar-binar.
Tyson mengakui dirinya sempat kalap ketika menerima gaji pertama. "Saya kaget waktu itu karena dapat uang sebanyak itu. Tidak pernah pa' pegang uang sebanyak itu, jadi kubelanja sendiri," tuturnya.
Tiga bulan ia bekerja, Tyson menyadari ada orang tua selalu mendoakan yang terbaik untuknya. Ia pun akhirnya memberikan sebagian gajinya kepada orang tua. Selain itu, ia mulai menabung karena ingin membeli kendaraan untuk dikendarai ke tempat kerja. "Selama ini pakai motor keluarga, jadi kalau kupakai kerja, mereka tidak bisa ke mana-mana," katanya.
Tak bisa dipungkiri, keberadaan Huadi Group di Bantaeng memberikan mimpi baru bagi sebagian besar masyarakat. Tyson seperti kebanyakan pemuda sebayanya perlahan namun pasti mulai punya tujuan hidup. Mereka sudah berani merangkai mimpi. Apalagi sejak Tyson diterima sebagai karyawan di Huadi Group.
Hidupnya kini berangsur membaik. Ia menjelma menjadi tulang punggung kebanggaan keluarga. Hasil kerja kerasnya selama di Huadi telah mampu memberikan kesempatan hidup yang lebih baik. Ia bahkan telah membeli sepetak tanah, tak jauh dari tempat tinggalnya saat ini. Ia dan keluarganya perlahan membangun tempat tinggal yang lebih layak di tanah milik sendiri.
"Itu hari bapakku bilang kalau ada tanah di situ mau dijual, tapi tidak cukup uangku. Kebetulan dia ambil kredit di bank, jadi bilangka tambahmi untuk beli tanah, nanti saya bayarki tiap bulan," pungkasnya.