"Tapi aturan itu tidak dijalankan. Sekretaris mengambil alih semuanya. Berjalan sendiri, tertutup dan tidak lagi melibatkan pengurus lain.," sambung Kakak Ibe.
Tidak heran, jika proses menuju Musda yang juga dijalankan sekretaris kwarda seorang diri, akhirnya memicu kemarahan kwarcab-kwarcab. Tidak ada panitia Musda, tidak ada tranparansi. Semua proses dijalankan seorang diri.
"Makanya, saya selaku wakil ketua ikut meminta maaf atas kondisi ini. Malu rasanya melihat Pramuka ini berada dalam kondisi begini. Saya berharap, sikap saya ini bisa direpons dengan arif oleh pengurus kwarda lainnya. Saya berharap organisasi ini bisa dikembalikan ke khittahnya," harap Kakak Ibe.
Kakak Ibe meminta agar Kwarda segera menggelar rapat untuk menyikapi protes keras sejumlah kwarcab sekaitan tidak transparannya proses menuju Musda ini.
"Pengurus lain, mohon jangan tutup mata. Masih ada kesempatan untuk menunjukkan kepada kwarcab bahwa organisasi ini adalah organisasi pembinaan karakter. Mari duduk bersama, masih ada waktu," tegas Kakak Ibe.
Kisruh jelang musda ini awali dari sikap tidak transparan kwarda, merespons nama-nama usulan calon ketua kwarda dari masing-masing kwarcab. Kwarda mengakomodir dengan sesuka hati. Dua nama usulan sejumlah kwarcab, Andi Sudirman Sulaiman dan Ilham Arief Sirajuddin tidak diakomodir oleh kwarda.
Tak pelak langkah ini menuai protes mengingat kwarda atau panitia pelaksana tidak berhak melakukan penyortiran nama usulan kwarcab.
"Kwarda harus menghormati usulan kwarcab untuk mengakomodir semua nama. Termasuk Andi Sudirman Sulaiman dan Ilham Arief Sirajuddin. Soal apakah keduanya memenuhi syarat atau tidak, itu harus diserahkan ke forum Musda untuk memutuskan. Dari pada kisruh, lebih baik semua ini ditunda dulu," tegas Sekretaris Kwarcab Wajo, Alamsyah, di tempat terpisah.