Kegiatan semacam ini memunculkan pertanyaan penting mengenai sejauh mana kegiatan akademis dapat dipisahkan dari keberpihakan politik, terutama dalam konteks pemilihan umum yang sangat polarisasi.
PDIP dan pasangan Ganjar-Mahfud berada dalam posisi yang membutuhkan adaptasi dan inovasi strategis untuk mempertahankan peluang mereka. Dengan memanfaatkan dukungan dari akademisi partisan, mereka berharap dapat mengubah dinamika pemilihan yang saat ini tidak menguntungkan.
Namun, langkah ini juga membawa risiko, terutama terkait dengan persepsi publik terhadap integritas akademisi dan politik. Terdapat kekhawatiran bahwa kampus, yang seharusnya menjadi tempat netral, kini terpengaruh oleh politik praktis. Ini menimbulkan debat mengenai representasi dan netralitas sivitas akademika, mempertanyakan apakah keberpihakan politik harus mempengaruhi lingkungan akademis.
Dalam menghadapi pemilihan umum yang semakin dekat, PDIP dan pasangan Ganjar-Mahfud harus berjalan di atas garis tipis antara strategi politik dan menjaga integritas akademis. Bagaimana publik merespon upaya ini akan menjadi penentu penting dalam dinamika politik yang terus berubah menjelang Pilkada 2024.