Fajar.co.id, Bandung -- Jakarta Pain Intervention and Sonologist International Conference (JPNSC) optimis Indonesia bisa menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mendeklarasikan bebas dari nyeri. Hal ini mendorong JPNSC untuk menggelar pertemuan rutin guna membahas inovasi-inovasi medis dalam penanganan nyeri berbasis evidence serta menyelesaikan sumber penyebab nyeri.
Pada tanggal 7-8 Juni 2024, Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menggelar acara Visiting Lecture and Cadaveric Workshop Spinal Balloon Catheter. Acara ini dirangkaikan dengan penandatanganan MoU antara pihak Korean Pain Society (KPS) dengan Persatuan Dokter Intervensi Nyeri Indonesia (PERDINI). Acara ini dibuka oleh Dekan Fakultas Kedokteran UPI, Professor Dr. Hamidie Ronald Daniel Ray, M.Pd., Ph.D., yang dalam sambutannya menyatakan, "UPI berfokus kepada nyeri dan kedokteran olahraga, sehingga kegiatan ilmiah ini sangat mendukung visi UPI ke depan." Professor Hamidie juga menambahkan bahwa diskusi kali ini akan menjadi acuan bagi kampus UPI dalam pengembangan kurikulum pembelajaran. "Kami dari FK UPI yang memiliki keunggulan dari segi sport medicine memang mempunyai tugas untuk mengembangkan ilmu-ilmu yang baru," katanya. Baginya, ilmu dan pengetahuan terkait manajemen penanganan nyeri dapat menunjang kepakaran para mahasiswa FK UPI.
dr. Alif Noeriyanto Rahman, Sp.OT, CIPS, C.PSH, COMSK, AIFMO, AIFO-K, sebagai chairman JPNSC2024 sekaligus presiden Persatuan Dokter Intervensi Nyeri (PERDINI), menegaskan bahwa hanya 10% kasus nyeri yang membutuhkan penanganan operasi, sementara 90% lainnya seharusnya diselesaikan misalnya dengan rehabilitasi fisik, obat-obatan, dan intervensi nyeri. Alif juga menjelaskan pentingnya edukasi terkait penanganan nyeri di Indonesia yang harus terus diakselerasi. "Saat ini nyeri kronik sudah dideklarasikan sebagai penyakit semenjak 2019, bukan hanya sebagai gejala. Hal ini membuat tatalaksana nyeri harus semakin canggih dan update. Oleh karena itu, JPNSC kembali menggelar kampanye Indonesia Bebas Nyeri di Tahun 2024," jelasnya.