Fokus utama festival ini adalah pada produk kuliner dan seni lukis yang menjadi ciri khas Aston Pluit dengan tagline “Udah dan Bang Jali,” yang mencerminkan Jakarta sebagai kota yang dinamis dan multikultural.
“Kami ingin menciptakan sesuatu yang tidak hanya menarik tetapi juga berkontribusi dalam memajukan kesenian, terutama di Jakarta. Festival ini adalah wadah untuk memperkenalkan dan mempromosikan kuliner Betawi dan makanan Padang, yang telah populer di seluruh Indonesia,” ungkap Ayub.
Menurutnya, acara ini bukan sekadar inisiatif sementara, melainkan embrio kecil yang akan tumbuh dan berkembang menjadi bagian penting dari kalender budaya Jakarta, terutama dalam konteks sebagai Global City.
“Ada rencana untuk memperluas festival ini ke depannya. Ini hanya sebagian kecil embrio yang kami harapkan akan tumbuh menjadi produk yang signifikan dan berkelanjutan,” ujar Ayub.
Sementara itu, Sarnadi Adam menegaskan bahwa lukisan-lukisannya yang bercorak dekoratif merupakan dedikasinya untuk ulang tahun ke-497 Jakarta. Ia berharap agar Jakarta tetap mempertahankan identitasnya sebagai kota global yang kaya akan budaya dan pesona.
“Saya dedikasikan untuk masyarakat Jakarta Betawi di ulang tahunnya yang ke-497. Semoga Jakarta tetap jaya sebagai Kota global dan penuh persona,” ujar Sarnadi.
Baginya, seni tradisi Betawi merupakan bagian tak terpisahkan dari karakter Jakarta yang unik. “Gaya lukisan dekoratif dalam karya-karya saya menggambarkan figur-figur manusia dengan latar belakang alam yang masih alami, kontras dengan perkembangan Jakarta saat ini yang semakin modern dan urban,” lanjutnya. (Pram/fajar)