FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Kopi memang menjadi salah satu bahan dasar racikan berbagai kuliner. Termasuk seduhan minuman yang disajikan dalam cangkir, gelas, botol, atau berbagai wadah lainnya.
Namun seiring perkembangan, kopi lebih banyak disajikan sebagai minuman untuk tamu, pendamping kerja, atau bahkan sekadar nongkrong. Itu sebabnya, warung kopi di Indonesia mulai menjamur.
Di tengah peminat yang begitu besar, selera menikmati seduhan kopi berbeda-beda. Terlebih lagi, berbagai varian rasa dan metode olahan mulai berkembang pesat, ditunjang dengan peralatan yang modern.
Hal ini juga terjadi di Kota Makassar. Berbagai jenis minuman kopi bermunculan, lokasinya juga mulai dari warung kopi, cafe, resto, hotel, kantor, hingga di rumah warga. Semua hampir dipastikan ada.
Menariknya, di tengah perkembangan pesat ini masih ada sejumlah warung kopi yang menyajikan racikan dengan cara tradisional. Hasrullah Nawir salah satunya.
Pria kelahiran Ujung Pandang, 23 September 1974 itu lebih akrab disapa Daeng Anas. Dia merupakan putra kelima pasangan Nawir Rahim dan Sitti Rupiani. Dia tujuh bersaudara, namun hanya dia yang terlihat mampu mewarisi usaha buyutnya.
Semua bermula pada tahun 1982. Saat itu, Dg Anas hanya membantu kakeknya H Gani dan ayahnya Nawir Rahim berjualan kopi di Jalan Bandang. Saat itu, mereka hanya menyewa teras rumah milik kerabatnya.
”Awal mulanya saya ikut orang tua, itu tahun 1982. Waktu itu saya masih SD, ya bantu cuci gelas, memyapu dan sebagainya. Itu sampai 1989 saya ikut-ikutan, sekitar tujuh tahun,” kata dia kepada FAJAR, Senin, 23 Juni.