Warkop Dg Anas: Resep Warisan Buyut, Cita Rasa Sama

  • Bagikan

Dia mengaku, dua tahun pertama di sana usahanya belum berkembang. Beruntungnya, keluarga keluarga terus memberikan support. Sehingga dia bisa bangkit dan terus mengembangkan usahanya.

”Saya menangis kalau ingat itu, karena pembeli cuma satu-dua orang. Untung saya jual beli HP bekas kalau malam, itulah yang saya pakai beli beras dan air minum,” tuturnya.

Kemudian, dia merasa butuh perkembangan yang lebih baik. Akhirnya dia pindah ke Jalan Pelita pada tahun 2004. Di sana, pelanggannya mulai meningkat secara perlahan. Terlebih lagi, di sana ada kantor PU, PJR, dan lainnya.

”Wartawan juga mulai ada, marketing, sopir taksi, jadi tempat ngumpul kalau pagi. Akhirnya secara perlahan mulai ramai dan dikenal secara luas,” kata dia.

Di Pelita, Anas bergelut dengan kopinya hingga 2017, sebelum akhirnya hijrah ke Jalan Faisal XII. Di sana lah warung kopinya berdiri sampai hari ini.

  • Menjaga Resep Warisan Keluarga

Dg Anas memgaku, dia merupakan keturunan keempat penerus usaha warung kopi milik keluarganya. Usaha tersebut sudah digeluti oleh buyutnya, bahkan sejak zaman Belanda masih ada.

Dulu, buyutnya berjualan kopi di kawasan Pelabuhan Kayu Bangkoa, Jalan Teuku Umar. Di sana, kata Anas, buyutnya banyak bertukar resep dengan Belanda, termasuk belajar resep pembuatan selai kaya.

”Saya ini keturunan keempat yang lanjutkan tradisi jual kopi, itu sudah dari kakek dan buyut saya. Resepnya juga sama, cita rasanya sama. Makanya kalau mau tahu cita rasa kopi tahun 1980-an, tahun 1990-an, ya begini rasanya. Resep ini memang turun temurun,” kata dia.

  • Bagikan