Warkop Dg Anas: Resep Warisan Buyut, Cita Rasa Sama

  • Bagikan

”Bayangkan saja, dari 1982 sampa 1999, saya selalu layani ratusan orang setiap hari dan tiba-tiba tahun 2001 itu cuma satu orang yang datang. Itu bikin saya drop. Untung istri, anak, menguatkan. Saat itu anak saya satu tapi pemasukan tidak ada, stresnya bukan main,” imbuhnya.

Dg Anas mengaku, saat itu dia pernah panik. Sebab saat itu musim hujan, dia hanya tinggal di tempat seadanya sehingga air masuk ke dalam rumah. Akibatnya, anaknya nyaris meregang nyawa tersengat aliran listrik.

”Anak saya hampir mati kesetrum listrik, karena saya dulu tidak punya tempat tidur, pas hujan masuk air dan kesetrum lah. Akhirnya saya minta ke ibu supaya bisa dimintakan ke keluarga yang usaha mebel untuk kredit tempat tidur,” jelasnya.

Namun dia tetap tegar dan memegang teguh pesan orang tua. Termasuk tujuan utamanya ingin merintis usaha di jalan warung kopi.

”Saya dulu ditanya, jual kopi untuk apa? Saya bilang cari hasil. Bapak bilang salah, harus utamakan pelayanan baru penghasilan, itupun tidak seberapa, hikmahnya saja. Pasti ada yang kasih jalan, makanya jangan sakiti konsumen mu.”

”Makanya saya tidak masalah kalau ada yang tidak bayar, pasti akan ada yang bayar lebih. Itu yang saya tanamkan sampai hari ini dan untuk selamanya. Itu petuah dan amanah bapak saya dan saya rasakan betul hikmahnya,” tutupnya. (Wid/fajar)

  • Bagikan

Exit mobile version