Perjalanan Karir Muzayyin Arif: Pengusaha Kecil-kecilan Sejak Kuliah hingga Sukses Jadi Politisi

  • Bagikan

Muzayyin yang kala itu tengah menjalani pendidikan di Griffit University, Sidney, pada usia yang masih 31 tahun, membuka restoran bernama Lontara. Nama restoran tersebut diambil dari aksara Bugis-Makassar.

Warung cotonya itu berlokasi tak jauh dari kampusnya. Dia begitu bergairah karena ingin makanan khas Sulsel itu bisa sejajar dengan makanan asal negara lain seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia yang sudah ada di Australia.

"Saya ingin coto bisa terkenal seperti tom yam dari Thailand, laksa dari Singapura, atau nasi lemak asal Malaysia,’’ ujarnya.

Selain itu, tentu saja untuk mengobati rasa rindu sejumlah warga Sulsel dan Indonesia pada umumnya yang ada di Australia. Saat itu, warga Indonesia yang bermukim di Sidney sekitar 4.000 orang. Kebanyakan adalah para mahasiswa yang sedang menyelesaikan studi dan tenaga kerja Indonesia.

Muzayyin membangun usahanya itu tidak sendiri. Melainkan berkolaborasi dengan beberapa orang asal Indonesia yang bermukim di Sidney.

Pengalaman entrepreneurship itu juga yang menurut Muzayyin coba ditularkannya kepada anak-anak muda Sinjai. Menurut dia, syarat pemuda untuk maju cukup simpel. Mereka hanya perlu berkreasi dan berkarya secara nyata, mengambil peran aktif.

Namun, pemuda mesti mendapat dukungan yang memadai dari pemerintah. Pemerintah harus menghadirkan ruang terbuka untuk kreativitas anak muda. Di sisi lain, pemerintah juga mesti mengikhtiarkan ketersediaan lapangan kerja yang mencukupi.

Pada Pilkada Sinjai 2024, Muzayyin akan maju berpasangan dengan A Ikhsan Hamid. Mereka diusung Nasdem, PKS, dan beberapa partai lain. Koalisi untuk pasangan Maiki ini akan segera diumumkan. (sir)

  • Bagikan