Muzayyin memang memiliki misi kembali memasyarakatkan olahraga berkuda di Sinjai. Selain untuk prestasi olahraga dan memutar perekonomian, dia juga ingin memperkenalkan teknik ternak kuda yang bisa menghasilkan keuntungan jutaan rupiah dalam waktu relatif singkat.
Kata Muzayyin, peternak kuda di Sulsel umumnya membudidaya masih dengan metode konvensional. Padahal, ada crossbreeding. Metode persilangan, mengawinkan kuda betina lokal dengan pejantan dari luar.
“Kita bisa lihat hasilnya di Sulawesi Utara. Teman-teman di Manado sudah biasa menjual kudanya dengan harga Rp50 jutaan dalam tempo singkat,” ujarnya.
Padahal di Sulsel, lanjut pria 42 tahun itu, peternak baru bisa menjual kudanya setelah dipelihara 8-10 tahun. Itu pun harganya di bawah Rp20 juta.
Makanya, Muzayyin berharap melalui berbagai festival berkuda yang bakal digelar di Sinjai, bisa menggairahkan semangat warga peternak. Termasuk mempelajari metode crossbreeding, persilangan.
“Kalau itu bisa dilakukan, insyaallah masyarakat peternak kita akan jadi lebih sejahtera, kaya raya,” ucapnya. (rls)