Namun, para perempuan adat sangat berharap adanya alternatif permodalan dengan harga pengembalian yang lebih layak. "Kami percaya, jika desa kami, memiliki potensi sumber daya alam dan keahlian sumber daya manusia yang besar untuk mendukung kesejahteraan keluarga dan komunitas kami, tapi kami butuh modal usaha.”
Untuk menggambarkan persoalan tersebut, Dewi sebagai fasilitator kegiatan membuka materi terkait literasi keuangan. Dewi menjelaskan lewat kertas plano mengenai pembagian dompet keluarga dan dompet usaha. Pembagian dompet ini menjadi alur literasi keuangan sederhana untuk membuka kesadaran para perempuan adat dalam mengelola pemasukan dalam sebulan. Menurut Dewi, jika perempuan adat dapat mencatat dan menahan diri untuk tidak mengeluarkan biaya tidak perlu dan konsisten menyisihkan penghasilan ke dalam dompet usaha, masalah permodalan dan pengembalian kredit dapat teratasi. “Kuncinya adalah konsisten dan disiplin.” Kata Dewi.
Kegiatan ini memang diharapkan oleh pemerintah Desa Kaluppini untuk menjadi wadah berbagi pengalaman dan hambatan antar sesama perempuan adat, yang dapat memotivasi para perempuan adat untuk mengambil langkah berani dan minim risiko dalam mengembangkan usaha. Diharapkan, inisiatif kegiatan ini tidak hanya memberi dampak positif jangka pendek, tetapi juga membangun pondasi bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Desa Kaluppini.