Tingginya angka stunting karena kurang tepatnya intervensi yang dilakukan pada sasaran prioritas yakni calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca persalinan, bayi dan anak-anak di bawah dua tahun.
"Tidak akurat dalam mengindentifikasi kelompok-kelompok yang mengakibatkan penggunaan sumber daya tidak efektif," katanya.
Dia juga mengatakan kalau dari sembilan indikator layanan intervensi spesifik hanya tiga yang mencapai target.
"Masih perlu perhatian untuk memenuhi target yanh ditetapkan," katanya.
Sedangkan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulsel, Shodiqin mengatakan jika dipilihnya Maros sebagai tuan rumah karena penanganan stuntingnya sangat baik.
"Saat ini Maros stuntingnya tersisa 18 persen," sebutnya.
Menurutnya ada beberapa upaya penurunan angka stunting yang saat ini pihaknya sedang lakukan.
Mulai dari pendewasaan usia perkawinan, mencegah adanya kehamilan muda dan tua.
Dia mengklaim peringatan Hari Keluarga Nasional Tingkat Sulawesi Selatan yang diadakan di Maros merupakan peringatan yang paling meriah.
"Menurut saya ini perayaan terbesar selama ini, peserta jalan santainya bahkan sampai 14.000 peserta," pungkasnya.
Kegiatan ini telah berlangsung sejak Minggu, 1 September hingga Senin, 2 September. (rin/fajar)