FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Baku Konek, diselenggarakan oleh ruangrupa dan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek melalui Manajemen Talenta Nasional (MTN), mengusung semangat residensi yang tidak hanya berorientasi pada penciptaan karya, tetapi juga menitikberatkan pembentukan hubungan yang erat antara seniman dan komunitas lokal.
Program ini berlangsung selama lima minggu, mulai 16 Agustus hingga 20 September 2024, memungkinkan seniman untuk mengeksplorasi dan merespons isu-isu yang ada di lokasi residensi.
Alyakha Art Center dari (Sentani, Papua), Forum Sudut Pandang (Palu, Sulawesi Tengah), Gudskul (Jakarta), Komunitas Kahe (Maumere, NTT), Komunitas Kanot Bu (Jaya Baru, Aceh), Sikukeluang (Pekanbaru, Riau), Komunitas Susur Galur (Pontianak, Kalimantan Barat), Komunitas Tudgam (Kuningan, Jawa Barat), Riwanua (Makassar, Sulawesi Selatan), Yayasan Pasirputih (Lombok Utara, NTB), dan Rumah Cikaramat (Sukabumi, Jawa Barat), berperan sebagai kolaborator bagi 22 seniman yang juga berasal dari berbagai provinsi di Indonesia. Semangat Baku Konek atau saling terhubung satu sama lain adalah pendekatan yang digunakan untuk mengikis ketidaktahuan tentang isu-isu yang ada serta aktivitas seni yang belum tersambung dengan baik dalam dunia kesenian di Indonesia.
Riwanua, sebagai kolaborator yang berbasis di Makassar, berperan sebagai ruang kolaborasi yang bertujuan menyebarkan pengalaman dan pengetahuan terkait persilangan persoalan sosial, budaya, ekonomi, dan politik di tingkat lokal, nasional, serta internasional.