Dari segi karya, keduanya memiliki gagasan yang tidak saling berjauhan, yaitu sama-sama fokus pada laku dan hubungan antar manusia dan situs kehidupannya.
Dalam rangka melanjutkan apa yang sudah pernah dikerjakan sebelum program residensi ini, Faida menggarap arsip dan era kontemporer serta narasi kecil maupun besar yang melingkupinya, kali ini tentang arsip dan kisah rumah tinggal yang disewa oleh Riwanua sebagai ruang hidup bersama dan wahana praktik artistik selama 3 tahun terakhir.
Gandhi melemparkan diri jauh ke puluhan ribu tahun yang lalu, merekonstruksi praktik artistik manusia zaman purba merespon ruang hidup mereka yang bukti visualnya bisa ditemukan di dinding-dinding gua kompleks karst di Maros dan Pangkep.
Dalam rangka meneruskan gagasan-gagasan, kerja-kerja, serta pertemanan, masa 5 minggu memang tidak cukup. Dibutuhkan lebih dari itu jika yang dibayangkan adalah keberlanjutan bersama. Satu hal yang pasti, masa residensi Baku Konek di Riwanua ini tidak akan berakhir hanya sebagai laporan kegiatan kepada Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) dan Manajemen Talenta Nasional, pendukung program ini.
Pada rangkaian pameran yang berlangsung pada tanggal 19 hingga 23 September 2024; dan sesi artist talk pada tanggal 23 September 2024 untuk membicarakan proses kreatif kedua seniman dan mendengarkan refleksi menjadi bagian dari program Baku Konek.(*)