"Kan tidak enak na rasa itu, kalau misalnya dia (H Sahabuddin) terpilih, terus tiba-tiba ada yang ajak kepala desa untuk tidak ikut sama dia? Apalagi kalau alasannya hanya untuk kepentingan materi," tegas Andi Sri Rahayu Usmi.
Dia sangat menyayangkan sikap H Sahabuddin, karena kepala desa memang memiliki gaji yang telah diatur oleh negara. Meski demikian, dia meyakini, para kepala desa di Kabupaten Bantaeng mengabdi bukan hanya sekedar mementingkan materi, tetapi juga mengabdi untuk membangun desa mereka.
"Memang benar ada gajinya. Tetapi ini bukan tentang materi. Ini tentang pengabdian. Gaji kepala desa memang ada, tetapi tanggung jawabnya juga besar," tegasnya.
Menurut Andi Sri Rahayu Usmi, menjadi calon pemimpin hendaknya mengeluarkan statement yang bijak.
“Ini belum terpilih sudah mau membenturkan masyarakat dengan kepala desa?” tanyanya.
Andi Sri Rahayu juga mengajak semua kepala desa yang ada di Bantaeng dan seluruh Sulsel untuk bersatu melawan sikap adu domba dalam kampanye selama masa Pilkada 2024.
Pihak Apdesi Sulsel sudah berkali-kali mengingatkan para kepala desa yang berada dalam naungan APDESI, untuk tidak memberi ruang kepada siapa saja atau paslon kepala daerah yang tidak berpihak kepada desa.
"Di mana-mana saya selalu bilang, siapapun yang tidak menghargai teman-teman (kepala desa), jangan diberi ruang. Semua yang tidak berpihak kepada desa adalah lawan kita. Kita (kepala desa) memang dilarang berkampanye, tetapi jangan juga kami dibenturkan dengan masyarakat," tegasnya lagi.